Tuesday, March 3, 2015

FROM JOGJA TO INDONESIA,

Wujud Kebersamaan dan Kepedulian Melalui Lukisan Dinding

Kota budaya, kota pelajar, kota seni, kota gudeg, kota bakpia, itulah beberapa julukan bagi kota Yogyakarta. Julukan ini pun diberikan karena ciri khas yang melekat di kota yang memiliki slogan “Berhati Nyaman”. Yogyakarta atau sering disingkat Jogja, memiliki kekhasan akan keunikan budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun yang masih terjaga hingga saat ini. Kota ini juga dikenal sebagai tempat lahir dan berkembangnya budaya-budaya baru. Salah satu budaya yang sangat berkembang di Jogja adalah “Seni Mural”, Jogja terasa khas dengan muralnya. Kemanapun kita menelusuri kota ini, mural menjadi pemandangan akrab yang selalu menemani kita dan menjadi penanda tempat yang kita lewati. Seakan-akan kita sedang berada di dalam sebuah galeri seni yang begitu luas.



Dulu sebelum mural hadir di dinding-dinding kota, grafiti dan tempelan-tempelan infolah penguasa dinding-dinding kosong kota ini. Mural yang hadir sejak tahun 1997 atas prakarsa sebuah komunitas seni ‘apotik komik’, pertama kali mengisi

salah satu dinding kosong di sekitar kraton Jogja, kini telah menghiasi di berbagai tempat. Mural merupakan bentuk ekspresi seni yang diungkapkan lewat media dinding, dan sering dikategorikan sebagai seni jalanan atau street art, sejenis dengan graffiti. Namun bila grafiti merupakan street art yang ilegal, mural justru sebaliknya. Di luar negeri, mural dapat kita temui di kota Philadelphia dan kota California. Di kedua kota ini , mural menjadi ajang ekspresi sekaligus pembelajaran dan peningkatan kreatifitas anak-anak jalanan kotanya. Diorganisir oleh pemerintah kota bekerjasama dengan yayasan-yayasan sosial remaja jalanan.



Berbeda dengan mural di Indonesia, di Amerika Serikat mural justru dijadikan alat untuk ‘membersamakan’ berbagai kelompok pemuda [gank] jalanan yang kerap terlibat konflik sekaligus menjadi media peningkatan apresiasi dan kreativitas anak-anak muda kota, seperti yang dilakukan oleh The Organization for Black American Culture (OBAC) lewat proyek Wall of Respect (1967) atau Wall of Choice (1970) di Chicago. Selain itu, di Amerika Serikat juga terdapat karya mural sepanjang setengah mil yang dinamakan The Great Wall of Los Angeles di Lembah San Fernando, Los Angeles. (zlf)

Walaupun masih ada sebagian orang  yang merusak mural indah jogja, hanya dengan mencoret-coret dinding seperti inisial atau nama yang tidak jelas.
Dengan adanya artikel ini saya berharap banyak terhadap warga Jogja, bersama kita dapat menjaga keindahan mural khas jogja dengan tidak melakukan corat-coret yang tidak jelas pada dinding, karena itu hanya akan mengurangi keindahan dari budaya khas Jogja yaitu seni mural. dan akan memberikan kesan negatif indonesia pada Negara-negara lain.

Referensi :

http://www.mobgenic.com/2012/11/23/seni-mural-jogja-wujud-kebersamaan-dan-kepedulian-melalui-lukisan-dinding/

No comments:

Post a Comment